Memories [Chapter 2]


-= Memories =-

.

.

.

~ A story by shimizudani ~

.

.

.

Kyuhyun menyalakan laptop miliknya dengan menekan sebuah tombol di sisi kanan body laptop itu. Untuk sekian detik, layar laptopnya masih gelap. Namun, tak lama muncul lambang pabrik pembuat laptop tersebut. Kyuhyun mengetik beberapa huruf di keyboard yang langsung berubah menjadi deretan bintang di layar monitornya. Gambar sebuah jam pasir menjadi penyambut akses Kyuhyun di laptop berwarna hitam itu.

Kyuhyun menggunakan kumpulan foto orang-orang terdekatnya sebagai background dekstop-nya. Ada dirinya, ayah, ibu, Kibum, serta Changmin di sana. Software yang terpasang juga tak jauh berbeda dengan komputer milik orang lain. Bahkan lebih lengkap mengingat kecintaannya pada benda itu. Kyuhyun rela menghabiskan beberapa jam harinya berkutat dengan laptop kesayangannya. Mulai dari hanya sekadar bermain games hingga bermain-main dengan komputer orang lain. Tentu tanpa izin pemiliknya. Bukan bermaksud buruk. Dia hanya ingin menjajal kemampuannya sekaligus menuntaskan keingintahuannya.

Hacker. Itulah sebutan orang untuknya.

Dia mulai menggerakkan jemari panjangnya di atas tuts keyboard. Begitu cepat seolah-olah dia sangat hafal letak huruf-hurufnya berada. Matanya tak pernah lepas dari layar monitor yang menampilkan deretan huruf yang tak kalah cepat berganti. Tak lama kemudian, muncul kotak-kotak kecil dengan sekolah Kyuhyun sebagai latarnya. Ya, saat ini dia tengah membobol sistem keamanan sekolahnya sendiri.

Manik matanya memperhatikan dengan lekat sudut sekolah melalui rekaman kamera CCTV di hadapannya. Kyuhyun memperbesar salah satu kotak dan memundurkan waktunya ke beberapa jam lalu saat sekolah masih dipenuhi siswa dan guru. Dia kecewa ketika tak menemukan apa yang dicarinya di sana. Dia memperbesar kotak lainnya, memundurkan waktunya, dan melakukan hal yang sama. Begitu seterusnya hingga senyum terkembang di bibirnya—tanda bahwa pencariannya telah berhasil. “Got you,” gumamnya. Dia telah menemukan mereka di sudut paling terpencil di sekolahnya. Dan benar dugaannya, mereka melakukan tindakan tak terpuji pada siswa itu siang tadi. Bisa dibilang, mereka mem-bully siswa laki-laki itu.

Kyuhyun meng-capture adegan kekerasan itu menjadi kumpulan foto yang cukup menjadi bukti perbuatan tercela mereka. Matanya kembali sibuk menelusuri rekaman CCTV lainnya. Entah kenapa, dia ingin melihat semua rekaman itu meskipun apa yang dicarinya sudah ditemukan. Seperti ada yang mendorongnya untuk menemukan kebenaran lain.

Kegiatan Kyuhyun nyaris tak menghasilkan apa pun. Kalau saja dia tak percaya nalurinya, dia pasti tak akan melakukan sesuatu yang membuang waktunya sia-sia seperti ini. Tapi, memang naluri Kyuhyun tak salah. Dia menemukan apa yang seharusnya dia temukan. Dan rasa keterkejutannya cukup mendramatisir penemuannya itu.

Kyuhyun membelalakkan matanya tatkala melihat orang itu—si ketua geng—bersama seorang wanita di kolam renang. Kondisi ruang itu sepi. Tak ada siswa lain di sana. Hanya ada mereka berdua di jam enam sore—waktu di mana kegiatan ekstrakulikuler telah usai. Apa yang mereka lakukan di sana? Berciuman. Ya, mereka berciuman. Sesuatu yang wajar dilakukan oleh pasangan kekasih. Dan menjadi tak wajar jika dilakukan oleh seorang guru dan murid yang harusnya tak memiliki hubungan lebih dari guru-murid. Apalagi seingat Kyuhyun, si wanita—sang guru sejarah—sudah memiliki suami.

“Apa-apaan ini?” rutuknya sebal. Kegiatannya kali ini benar-benar menghasilkan sesuatu yang mencengangkan. Bagaimana jika sekolah tahu? Mereka bodoh dengan melakukan hal tersebut di wilayah sekolah. Terekam CCTV pula. Bisa saja ada orang lain yang juga melihat rekaman ini, kan?

Kyuhyun menghempaskan tubuhnya pelan. Dipejamkannya matanya sejenak. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Dia memang seorang hacker. Tapi dia tidak pernah menyebarkan informasi yang diperolehnya. Dia menghargai privasi orang lain. Namun, kali ini berbeda. Ini menyangkut nama baik sekolahnya. Jika dibiarkan, orang-orang itu pasti tak akan menyadari kesalahannya.

Cukup lama dia berpikir. Memilah antara mengungkapkan atau menyembunyikan. Akhirnya, dia mengambil keputusan untuk mengungkapkannya. Tapi, cukup pada dua orang—ketua geng dan guru sejarah. Kyuhyun segera mengumpulkan foto-foto yang ditemukannya ke dalam sebuah folder kemudian mengirimkannya kepada dua orang itu, disertai pesan:

Aku rasa, tindakan kalian sudah keterlaluan. Berhentilah jika tak ingin gambar ini tersebar.

 ..  Khronos  ..

Sent. Sekarang tinggal menunggu reaksi mereka berdua.

Ah, iya. Khronos adalah nama yang digunakan Kyuhyun sebagai hacker. Tidak mungkin, kan, dia menyebutkan nama sebenarnya dalam pesan itu? Hanya hacker bodoh yang mau melakukannya. Untuk apa menjadi hacker jika tak mampu menyembunyikan diri?

Menyembunyikan diri yang dia maksud adalah menutup semua akses pada dirinya. Hanya nama Khronos yang akan mereka tahu. Tak ada yang bisa melacak keberadaannya ataupun membalas pesan itu. Seperti yang dia bilang, Kyuhyun sudah menutup semua akses padanya hingga tak akan ada yang tahu dialah pelakunya.

Kyuhyun memang menghindari konfrontasi langsung dengan geng sangar itu. Dia tak ingin masa tenangnya di sekolah terganggu oleh ulah mereka. Lagipula, bagaimana dia bisa menghadapi orang-orang itu dengan tubuh lemahnya ini? Bunuh diri, namanya. Dia masih sangat menyayangi nyawa dan hidupnya. Tak pernah sedetik pun terpikirkan untuk mengakhiri hidupnya.

Namun, berbeda dengan konfrontasi tak langsung seperti yang kini dilakukannya. Asalkan dia berhati-hati, tak akan ada yang tahu mengenai dirinya. Kyuhyun tak perlu takut kehidupannya terusik. Konfrontasi tak langsung ini juga memiliki kemungkinan besar untuk berhasil. Kenapa? Karena pihak yang tertekan tidak mampu balik membalas pihak yang menekannya. Betul, tidak?

Selain bermain-main dengan sekolahnya, dia juga meretas sistem keamanan beberapa tempat lain. Dia butuh tempat untuk mengasah kemampuannya itu. Jadi, tak ada salahnya dia mempelajari sistem keamanan mereka. Siapa tahu dia bisa menciptakan yang lebih baik nantinya?

Tepat pukul dua dinihari, Kyuhyun mengakhiri kegiatannya. Dia harus tidur agar tidak terlambat masuk sekolah esok hari. Pemuda itu mematikan laptopnya kemudian beranjak menuju satu-satunya tempat tidur di sana. Direbahkannya tubuhnya dan tak lama terdengar dengkuran kecil dari bibirnya. Dia sudah memasuki alam mimpi, rupanya.

.

.

.

Matematika merupakan pelajaran favorit Kyuhyun. Sementara sejarah adalah pelajaran yang sangat dibencinya. Dia tidak suka mendengar ocehan gurunya tentang kehidupan manusia zaman dahulu, tentang perang, ataupun tentang hal lain yang sudah lama lewat. Baginya, hidupnya, ya, sekarang ini. Untuk apa mempelajari hal-hal yang tak ada sangkut pautnya dengan kehidupannya. Membuang-buang waktu. Dia lebih senang disuruh mengerjakan banyak soal matematika daripada harus duduk sambil mendengarkan kisah sejarah yang jelas-jelas akan membuatnya mengantuk.

Kyuhyun menguap pelan saat guru sejarah sedang menuliskan sesuatu di papan tulis. Catat. Guru sejarahnya bukan guru itu—guru yang dia ketahui belangnya semalam. Gurunya adalah seorang pria paruh baya yang sangat baik. Saking baiknya, dia tak pernah memarahi siswa yang tertangkap basah tengah menguap di kelasnya. Dia justru menyuruh siswa itu mencuci muka agar rasa kantuknya hilang. Yah, setidaknya dia tidak ikut membenci guru sejarahnya seperti dia tidak menyukai pelajarannya.

Mata Kyuhyun hampir saja terpejam. Rasa kantuk itu sungguh luar biasa. Tiba-tiba saja dia berdiri. “Saya izin ke kamar mandi, Pak,” pamitnya pada sang guru yang kemudian memberikan isyarat padanya untuk keluar.

Kyuhyun melangkahkan kakinya sepelan mungkin—berusaha tak mengganggu proses pembelajaran yang kembali dilanjutkan setelah interupsinya barusan. Satu tempat yang ditujunya, yakni kamar mandi. Dia membasuh wajahnya di sana. Berulang kali hingga kantuknya benar-benar hilang. Baru saja Kyuhyun keluar dari kamar mandi ketika dua orang melewatinya dengan tergesa-gesa. Matanya mengikuti arah kepergian dua sosok manusia itu. Sekilas tadi Kyuhyun melihat raut serius di wajah keduanya.

Baiklah. Rasa penasaran Kyuhyun sukses terbangun. Dia ingin tahu mereka akan ke mana dan apa yang akan mereka lakukan di sana. Namun, mengikuti mereka adalah ide buruk. Kedoknya akan langsung terbongkar saat itu juga. Ah, untuk apa dia bingung. Bukankah dia bisa memeriksanya nanti?

Ngomong-ngomong soal memeriksa, dia jadi ingin menyalakan laptopnya. Tapi, sekarang masih jam pelajaran. Setengah jam lagi barulah waktunya istirahat. Mau tak mau, dia harus menunda keingintahuannya hingga waktu istirahat tiba. Kyuhyun mulai berjalan kembali ke kelasnya dengan meredam seluruh penasaran yang dirasakannya.

Dan saat bel istirahat telah berbunyi, Kyuhyun lupa. Benar-benar lupa. Ada Changmin yang selalu bersamanya di waktu istirahat berlangsung. Changmin tidak mengetahui apa pun tentang kegiatan favoritnya itu. Kyuhyun memang belum menceritakannya pada Changmin. Ralat. Dia tak berniat untuk memberitahukannya pada orang lain, sekali pun itu sahabatnya sendiri. Hacker adalah pekerjaan ilegal. Jika dia tidak berhati-hati, akan ada banyak tuntutan yang dilayangkan padanya. Karena itulah, dia tak mau Changmin terlibat di dalamnya.

Kesempatan bebas itu baru diperoleh Kyuhyun di jam pelajaran terakhirnya. Ketidakhadiran guru biologi hari ini, dimanfaatkan dengan baik oleh Kyuhyun dengan pergi ke atap sekolah dan melancarkan aksinya di sana. Beruntunglah tidak ada tugas yang diberikan. Tapi, sebagai gantinya, seluruh siswa di kelasnya wajib datang ke perpustakaan. Tujuannya adalah membaca sebanyak-banyaknya referensi materi yang harusnya diajarkan hari ini. Sang guru menjanjikan akan diadakan ulangan besok pagi. Tentu, hal ini membuat teman-temannya kalang kabut. Dapat dipastikan jika hampir semua teman-teman sekelasnya tengah berada di perpustakaan sekarang, kecuali dirinya dan mungkin beberapa siswa lain yang tak mematuhi perintah guru.

Sama seperti yang dilakukan semalam, Kyuhyun menerobos sistem keamanan sekolahnya serta mengecek satu persatu rekaman CCTV yang tersimpan. Apalagi yang dicarinya selain dua orang yang berpapasan dengannya tadi? Dan ya, mereka adalah orang yang sama yang dia tangkap basah semalam. Kali ini mereka memanfaatkan ruang kesenian sebagai tempat bicara.

Kyuhyun mengamati setiap gerak-gerik mereka. Dia sudah bisa menebak akan terjadi pertengkaran di antara mereka. Bukan adu fisik, tentunya. Hanya adu mulut. Dia memang tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun, hanya dengan melihatnya, dia tahu jika hubungan mereka akan segera berakhir, atau justru telah berakhir. Ketakutan tercetak jelas di wajah si wanita.

Adu mulut itu tidak berlangsung lama. Kurang dari sepuluh menit. Si wanita meninggalkan ruangan dengan tergesa-gesa. Tersisa si pemuda yang menatap marah ke arah kamera CCTV—seolah memberi ancaman melalui pandangannya itu. Tak lama, dia pun ikut meninggalkan ruang tersebut.

Kyuhyun menghembuskan nafas panjang. Satu masalah telah usai. Dia berharap ini benar-benar akhir dari hubungan mereka. Kalau pun masih berlanjut, setidaknya, dia sudah berusaha untuk memisahkan mereka. Keputusan akhir tetaplah di tangan dua orang itu. Sekarang, tinggal satu masalah yang harus diselesaikan. Menghentikan tindakan bullying geng itu. Tapi, bagaimana caranya?

Sebagai info, bukan hanya sekali ini Kyuhyun mengirimkan ancaman pada mereka—tiga orang anggota geng yang ditakuti siswa sekolah ini. Namun, sepertinya, mereka tak takut. Mereka masih tetap melancarkan aksi bullying-nya. Kyuhyun pernah mengirimkan foto bukti tindakan mereka pada pihak sekolah. Lalu, apa yang terjadi? Panggilan orang tua jelas dilayangkan pada mereka. Setelahnya, mereka hanya mendapatkan skors selama tiga hari dari sekolah. Hukuman yang tergolong ringan. Padahal dia sudah memberikan banyak foto dengan korban yang berbeda-beda.

Ah, dia melupakan sesuatu. Fakta bahwa keluarga mereka merupakan penyumbang terbesar di sekolah ini, agaknya menjadi alasan pemberian hukuman yang ringan tersebut. Ya, uang memang berkuasa. Sebegitu hebatnya hingga mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. Harusnya dia sudah bisa menduga, hal sepele seperti ini pasti akan cepat selesai dengan uang. Sepele bagi mereka, tetapi tidak bagi Kyuhyun. Dia tahu betapa tertekannya orang-orang yang mengalami bullying. Oh, tidak. Dia tak pernah merasakannya, atau pernah? Dikucilkan, apakah itu berarti dirinya juga mengalami bullying?

Terlahir dengan tubuh lemah—tak ada yang menginginkan kondisi itu. Selain berulang kali masuk rumah sakit dan meminum berbagai jenis obat, Kyuhyun pun harus merelakan sebagian besar waktunya di rumah. Tak heran jika Kyu kecil sangat ingin bersekolah. Dia bisa bertemu banyak teman, pikirnya saat itu. Tapi, lagi-lagi tubuh lemahnya menjadi penghalang. Karena keterbatasan gerak tubuhnyalah sehingga tak ada teman yang mau bermain dengannya. Alhasil, dia pun dijauhi dan dikucilkan oleh mereka. Sering kali mereka juga mengolok kondisi tubuhnya. Memangnya salah memiliki tubuh seperti ini?

Kyuhyun memejamkan matanya demi menyingkirkan kilasan masa lalunya yang muncul sesaat tadi. Dia menarik nafas panjang, berusaha menetralkan emosi negatif yang menyertai hadirnya ingatan tersebut. Semua itu hanya masa lalu. Dirinya yang dulu berbeda dengan dirinya yang sekarang. Jika dulu dia tak bisa melakukan apa-apa ketika mendapat perlakuan itu, sekarang—walaupun dia tak mengalaminya—dia ingin membantu teman-temannya bebas. Yah, meski terlambat karena dia baru akan melakukannya sekarang—di tahun terakhir sekolahnya—tapi lebih baik daripada tidak melakukannya sama sekali. Semoga kali ini sekolah tegas terhadap mereka.

.

–  Chapter 2 End  –

.


Published on this blog and my FFn account.

Maaf, aku baru bisa posting lanjutannya Memories di blog sekarang. Padahal udah lama banget aku posting di FFn. Maaf banget ya >__<

Special thanks to readers and reviewers on FFn and this blog.

© shimizudani

Posted on September 2, 2015, in Brothership, Family, FanFiction, Friendship, Suspense and tagged , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave Comments

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.